Awalnyapementasan ini masih menggunakan istilah Ramayana Ballet, namun istilah tersebut diubah menjadi Sendratari Ramayana sampai sekarang. Sendratari Ramayana ini biasanya dihelat malam hari di setiap hari Selasa, Kamis dan Sabtu. Mulai pukul WIB.Latihan Soal Online - Latihan Soal SD - Latihan Soal SMP - Latihan Soal SMA Kategori Seni Budaya ★ Ujian Akhir Semester 2 Genap UAS UKK Seni Budaya SMA Kelas 11Sarana yang digunakan dalam pementasan Ramayana di Prambanan disebut…. a. prosenium b. panggung biasa c. theatron d. amphiteater e. drop and wingPilih jawaban kamu A B C D E Latihan Soal SD Kelas 1Latihan Soal SD Kelas 2Latihan Soal SD Kelas 3Latihan Soal SD Kelas 4Latihan Soal SD Kelas 5Latihan Soal SD Kelas 6Latihan Soal SMP Kelas 7Latihan Soal SMP Kelas 8Latihan Soal SMP Kelas 9Latihan Soal SMA Kelas 10Latihan Soal SMA Kelas 11Latihan Soal SMA Kelas 12Preview soal lainnya Seni Budaya Tema 7 Subtema 1 SD Kelas 4Sistem penulisan lagu yang menggunakan simbol angka-angka disebut dengan …A. not angkaB. not balokC. not barisD. not notCara Menggunakan Baca dan cermati soal baik-baik, lalu pilih salah satu jawaban yang kamu anggap benar dengan mengklik / tap pilihan yang tersedia. Materi Latihan Soal LainnyaEvaluasi Listrik Statis - IPA SMP Kelas 9UH 1 IPS Bab 3 SMP Kelas 7Integrasi Nasional - PPKn SMA Kelas 10Bahasa Arab - Fi'il Mudhore, Fi'il Amr dan Maf'ul BihRemedial PAI SD Kelas 4PTS Bahasa Inggris SD Kelas 4Tema 3 Subtema 1 - SD Kelas 4Fiqih MA Kelas 12Remedial Tema 4 SD Kelas 5Ulangan Harian 1 Bahasa Indonesia SMA Kelas 10 report this adTentang Soal Online adalah website yang berisi tentang latihan soal mulai dari soal SD / MI Sederajat, SMP / MTs sederajat, SMA / MA Sederajat hingga umum. Website ini hadir dalam rangka ikut berpartisipasi dalam misi mencerdaskan manusia Indonesia. LatihanSoal Pilihan Ganda Bab Ekspresi Seni Teater Nontradisional Nusantara Rahwana mengenakan busana yang hanya dikenakan oleh para raja, antara lain penutup kepala yang disebut mekutha dan motif batik parang rusak barong besarSendratari Ramayana Prambanan memiliki desain busana yang masih mengacu pada wayang wong gaya Surakarta, namun lebih sederhana agar penari leluasa bergerak.[17][18] Salah satu contohnya atribut berupa hiasan kepala mengacu pada relief Ramayana di Candi Prambanan.[17] Tentara kera menggunakan cat untuk warna kulit.[17] Warna merah baik pada selendang atau sampur dan rias pada muka, dikenakan para raksasa atau tokok-tokoh kasar.[11] Rama pada pentas Sendratari Ramayana Prambanan mengenakan dua macam pakaian.[18] Pada episode pertama saat mengembara di hutan ia mengenakan topong berwarna hitam menggambarkan rambut yang digelung ke atas, begitu pula Laksmana.[18] Pada episode kedua dan selanjutnya Rama memakai mahkota yang biasa dikenakan seorang raja.[18] Kain yang dikenakan sebagian besar menggunakan motif batik parang, selain itu juga digunakan motif batik kawung.[17] Penggunaan motif batik parang masih mengacu ketentuan di istana, pada motif batik parang rusak barong besar hanya dikenakan oleh raja, motif batik parang rusak gendreh yang berukuran sedang dikenakan oleh para ksatria halus, sedangkan motif batik parang rusak klithik dikenakan oleh para putri.[17] Pada adegan Kumbakarna maju ke medan perang, ia mengenakan kain putih yang disampirkan di pundaknya sebagai lambang kesucian dan ksatria yang berbudi luhur, hal ini menggambarkan bahwa Kumbakarna maju ke medan perang untuk membela negara Alengka, bukan untuk Rahwana.[11] Tata rias umumnya tidak banyak berbeda dengan riasan wayang orang, riasan dianggap tidak banyak mempengaruhi gerak tari, gerak muka, dan mimik dalam panggung terbuka yang berukuran besar, karena penonton yang duduk jauh dari panggung sulit melihat mimik penari secara detail.[18] Tata rias menentukan penggambaran suatu tokoh, di Indonesia muka Rama dan Laksmana berwarna kuning natural, sedangkan di Myanmar, Thailand, Kamboja, dan Malaysia muka Rama berwarna hijau kebiru-biruan, untuk Laksmana berwarna kuning.[18] Q Bentuk drama yang pemainnya berbicara sendiri tanpa ada lawan bermain disebut drama answer choices . monolog. drama absurd Q. Sarana yang digunakan dalam pementasan Ramayana di Prambanan disebut. answer choices Q. Bagian naskah drama yang merangkum semua peristiwa yang terjadi di suatu tempat pada urutan waktu tertentu disebut.
This study describes four reliefs of Ramayana Prambanan which depicts the event that Ade been experienced and performed by Rama as affirmation that he is the incarnation of Vishnu ―the god of the preserver. The designer and sculptor of those reliefs considered that this event was important. From the twenty-four of Ramayana’s relief panels, there are four relief panels which depict this event. Data was collected by observing the entire Ramayana reliefs in Shiva temple and Brahma, in the Prambanan complex. Relief was read by using the Flat Time Space RWD theory and compared with the text of the Old Javanese Ramayana RJK. RJK text was used as a comparison, because the manufacture and the writings of RJK relief were made in the same period in nine centuries. It was conceivable that both of them were made from the same source. Based on the result, it can be concluded that the event performed by Rama asserts that he is the incarnation of Vishnu. As the incarnation of Vishnu, Rama is able to purify and to preserve life. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free 300KAWISTARAVOLUME 6 No. 3, 22 Desember 2016 Halaman 225-324RAMA SEBAGAI PENJAGA KEHIDUPAN DALAM RELIEF RAMAYANA PRAMBANANHanggar Budi PrasetyaFakultas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia YogyakartaEmail hanggarbp Nugraha ChristiantaFakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah MadaABSTRACTThis study describes four reliefs of Ramayana Prambanan which depicts the event that Ade been experienced and performed by Rama as afrmation that he is the incarnation of Vishnu ―the god of the preserver. The designer and sculptor of those reliefs considered that this event was important. From the twenty-four of Ramayana’s relief panels, there are four relief panels which depict this event. Data was collected by observing the entire Ramayana reliefs in Shiva temple and Brahma, in the Prambanan complex. Relief was read by using the Flat Time Space RWD theory and compared with the text of the Old Javanese Ramayana RJK. RJK text was used as a comparison, because the manufacture and the writings of RJK relief were made in the same period in nine centuries. It was conceivable that both of them were made from the same source. Based on the result, it can be concluded that the event performed by Rama asserts that he is the incarnation of Vishnu. As the incarnation of Vishnu, Rama is able to purify and to preserve life. Keywords Prambanan; Rama; Relief; RJK; RWD; VisnhuABSTRAKPenelitian ini mendeskripsikan empat relief Ramayana Prambanan yang menceritakan peristiwa yang dialami dan dilakukan oleh Rama sebagai penegasan bahwa dirinya sebagai titisan Wisnu – dewa pemelihara kehidupan. Oleh pembuat dan perancang relief, peristiwa ini dianggap penting. Sekitar dua puluh empat panel relief Ramayana, ada empat panel relief yang melukiskan peristiwa ini. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengamati seluruh relief Ramayana yang ada di Candi Siwa dan Candi Brahma kompleks Candi Prambanan. Relief dibaca menggunakan teori Ruang Waktu Datar RWD dan dibandingkan dengan teks Ramayana Jawa Kuna RJK. Teks RJK digunakan sebagai pembanding karena masa pembuatan relief dan penulisan teks RJK berada pada periode yang sama, yaitu pada abad ke sembilan. Ada kemungkinan keduanya dibuat dari sumber yang sama. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa peristiwa yang dilakukan oleh Rama menegaskan bahwa dia adalah titisan Wisnu. Sebagai titisan Wisnu, Rama mampu meruwat dan memelihara Kunci Prambanan; Rama; Relief; RJK; RWD; Wisnu 301Hanggar Budi Prasetya - Rama sebagai Penjaga Kehidupan dalam Relief Ramayana PrambananPENGANTARCerita Ramayana telah menjadi per-hatian para seniman maupun para peneliti ter dahulu. Sejauh ini para seniman lebih memperhatikan kisah percintaan Rama dan perjuangannya memperoleh kembali Sita setelah diculik oleh Rahwana. Ini dapat dilihat dari sejumlah lakon wayang atau drama tari yang telah disajikan oleh para seniman terdahulu. Lakon-lakon wayang ataupun drama tari yang populer, antara lain Sayembara Mantili, Rama Tundhung Pembuangan Rama, Sinta Ilang Penculikan Sinta, Sugriwa-Subali atau Subali Lena Kematian Subali, Anggada Balik Kembalinya Anggada, Anoman Duta Anoman menjadi Duta, Anoman Obong Pembakaran Anoman, Rama Tambak Pembuatan Jembat-an untuk Penyeberangan ke Alengka, Brubuh Ngalengka Perang Besar Alengka, Kumbakarna Gugur Kematian Kumbakarna, Dasamuka Gugur Kematian Dasamuka, dan Sinta Obong Pembakaran Sinta. Berdasarkan sejumlah lakon Ramayana yang berkembang selama ini terlihat kesan bahwa Rama yang sebetulnya menjadi titisan Wisnu kurang terlihat. Dengan kata lain, sejauh ini belum dijumpai pertunjukan wayang atau drama tari yang melakonkan proses inkarnasi Rama sebagai titisan Wisnu. Tidak hanya dalam pertunjukan, dalam penelitian juga belum banyak yang menyen-tuh hal-hal yang membahas Rama sebagai titisan Wisnu. Selama ini pe mahaman Rama sebagai titisan Wisnu di terima secara taken for granted diterima begitu saja. Belum banyak peneliti yang mencoba mempertanyakan atau membahas inkarnasi Rama sebagai titisan Wisnu. Untuk itulah penelitian mengenai Rama sebagai titisan Wisnu ini masih relevan dilakukan. Rama sebagai titisan Wisnu dapat diamati dari relief Ramayana di candi Siwa dan Brahma kompleks candi Prambanan. Relief Ramayana Prambanan telah lama menjadi perhatian para peneliti terdahulu. Sebagian besar penelitian memfokuskan pada estetika relief. Ada satu hal yang selama ini ditinggalkan, yaitu mengamati relief sebagai bahasa rupa. Penelitian semacam ini pernah dilakukan oleh Taswandi 2000 yang membandingkan bahasa rupa relief Ramayana di Prambanan dan di Penataran. Berdasarkan penelitiannya ia menyimpulkan bahwaRelief candi adalah salah satu karya seni rupa yang dulunya sebagai media komunikasi dalam mendokumentasikan dan men-trans formasikan ajaran agama. Jadi fungsi relief adalah sebagai media komunikasi, sehingga aspek bahasa rupa melalui cerita adalah sebagai media komunikasi, sehingga aspek bahasa rupa melalui cerita adalah dipentingkan. Celakanya masih jarang yang menelaah relief candi sebagai aspek karya yang bercerita, tetapi lebih dianggap sebagai aspek karya estetis dan simbolis, sehingga nilai aspek utamanya sebagai media cerita menjadi tersisihkan Taswandi, 2000 ii.Menindaklanjuti penelitian Taswandi tersebut, penelitian ini difokuskan pada pem bacaan relief yang menunjukkan bahwa Rama merupakan titisan Wisnu. Cerita Ramayana sebagai cerita epik ter masuk sebagai cerita yang panjang. Ketika epik yang panjang ini diwujudkan dalam bentuk relief, tentu sang perancang dan pembuat relief saat itu melakukan seleksi dan menentukan peristiwa yang paling pen ting dan harus ditampilkan dalam relief mengingat ruang yang disediakan adalah terbatas. Penelitian ini mengangkat dua pertanyaan utama. Pertama, relief mana dalam rangkaian peristiwa tersebut menunjuk kan bahwa Rama adalah titisan Wisnu? Kedua, bagaimana cara meng ungkap kan bahasa rupa tersebut? Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi bagi para dalang dan seniman lain dalam mengembangkan cerita tentang Ramayana yang saat ini kurang berkembang, jika dibandingkan dengan cerita Relief RamayanaRelief Ramayana di candi Prambanan merupakan relief naratif. Tujuan pembuatan-nya tidak hanya sekedar sebagai karya seni yang indah, tetapi memiliki maksud untuk mampu bercerita. Cara membaca relief tidak 302Kawistara, Vol. 6, No. 3, 22 Desember 2016 300-308seperti cara membaca foto atau gambar hasil pemotretan, tetapi seperti cara membaca lm atau kartun yang berseri. Untuk melakukan pembacaan relief, penelitian ini menggunakan teori Ruang Waktu Datar atau RWD yang disampaikan oleh Tabrani 2005 berikutSistem RWD menggambar dari aneka arah, aneka jarak, dan aneka waktu. Yang digambar menjadi sekuen yang bisa terdiri dari sejumlah adegan dan objek-objek bergerak dalam ruang dan waktu. Media yang bisa ber-cerita adalah media bermatra waktu musik, drama, tari, sastra. Karena sistem RWD memiliki matra waktu, maka ia juga dapat bercerita dengan memanfaatkan cara wimba dan tata ungkapnya, bukan keindahannya. RWD dengan bahasa rupa nya memang lebih mementingkan pesannya, ceritanya, komunikasinya Tabrani, 2005 131. Teori Tabrani tersebut berbeda dengan seni rupa yang pada umumnya disebut dengan Natural Perspective Momen Opname NPM yang statis’ karena tidak bermatra waktu. Sistem NPM menggambar dari satu arah, jarak, waktu. Apa yang digambar di-abadi’-kan jadi sebuah adegan yang berupa gambar mati still picture, di mana objek-objek dipenjarakan dalam frame. Gambar kehilangan matra waktu walaupun memperoleh ilusi ruang yang kuat. NPM mencandera apa yang digambar seperti apa adanya Tabrani, 2005 131.Berdasarkan teori RWD dapat diketahui bahwa dalam satu frame relief tidak hanya terjadi pada ruang dan waktu yang sama, tetapi bisa dalam ruang dan waktu yang berbeda. Sebagai contoh lihat gambar 1Rama Memburu Kijang Emas Permintaan Sita Dari kiri ke kanan Sita, Laksmana, Rama, Kijang, Kala Marica. Sumber Foto Hanggar dan Wisma Nugraha, 2014Dalam gambar 1, walaupun dalam satu frame, setidaknya terdapat beberapa kejadian yang waktunya dapat bersamaan dan berbeda. Pada bagian kiri Sita yang sedang duduk dijaga oleh Laksmana, adik iparnya. Pada saat yang bersamaan di tempat yang berbeda, Rama sedang memburu kijang emas permintaan Sita yang sebetulnya jelmaan dari Kalamarica. Berikutnya, pada waktu yang berbeda, kijang berhasil dipanah kemudian lenyap dan berganti wujud menjadi Kalamarica. Dengan demikian, walaupun dalam relief terlihat ada kijang dan ada Kalamarica, sebetulnya kejadiannya pada waktu yang berbeda. Kejadian yang pertama Rama bertemu dengan kijang, kejadian berikutnya Rama bertemu dengan Kalamarica. Relief-relief yang lain juga dibaca seperti ini. Dalam satu frame bisa terdiri atas beberapa sekuen. Untuk membaca dan menafsirkan relief ini digunakan pembanding teks Ramayana Jawa Kuna RJK yang telah berhasil diterjemahkan oleh Poerbatjaraka dari bahasa Sansekerta menjadi Bahasa Indonesia. Teks RJK digunakan sebagai pembanding dengan asumsi bahwa antara pem buatan relief Ramayana dan penulisan RJK dilakukan pada periode yang sama yaitu pada abad IX, yang memungkinkan keduanya dibuat dari sumber yang sama Haryono, 2012 14-15.Relief Rama sebagai Titisan Dewa Pemelihara Kehidupan Rama sebagai titisan Wisnu, dewa pemelihara dunia dapat digolongkan men-jadi dua kategori yaitu ketika Rama melin-dungi makhluk lain dari serangan yang mem bahayakan kehidupan dan ketika Rama berhasil meruwat makhluk, sehingga kem-bali pada asal mulanya. Rama Melindungi KehidupanSebagai titisan Wisnu, Rama menun juk-kan kemampuannya melindungi kehidup-an. Ada dua relief yang menunjukkan hal ini, yaitu Pertama, relief saat Rama melindungi pertapaan Wismamitra dari serangan Tataka yang selalu merusak, dan mengganggu pertapaan dan Kedua, relief 303Hanggar Budi Prasetya - Rama sebagai Penjaga Kehidupan dalam Relief Ramayana Prambananyang menunjukkan Rama melindungi hutan Dandaka saat diganggu oleh Pertapaan Wismawitra Gambar 2Rama Melindungi Pertapaan Wismamitra Membunuh Tataka dan Rahu Dari kiri ke kanan Resi I, Resi II, Wismamitra, Tokoh?, Rama, Laksmana, Tataka, dan Rahu Sumber Foto Hanggar dan Wisma Nugraha, rupa gambar 2 menunjukkan ada tiga peristiwa. Peristiwa pertama, para resi di pertapaan Wismamitra sedang melakukan pemujaan kiri, bersamaan itu pula Rama dan Laksmana menjaga keamanan pertapaan kanan. Peristiwa kedua, di sekitar per tapa-an Rama dan Laksmana membunuh Tataka. Peristiwa ketiga, di sekitar pertapaan Rama dan Laksmana membunuh Rahu. Dua penulis terdahulu yaitu Jordan 2009 229 dan Hermanu 2012 42 memberi tafsiran yang berbeda pada relief tersebut. Jordan menafsirkan relief tersebut dengan judul “ Rama membunuh buta-buta”, sedangkan Hermanu memberi judul relief tersebut “ Rama membunuh Kala Marica”. Tidak diketahui sumber yang digunakan Jordan untuk menafsir relief tersebut. Meskipun demikian, tafsiran Jordan ini mendekati apa yang kami temukan. Buta-buta yang disebut Jordan tidak lain adalah Tataka dan Rahu. Hal ini dikarenakan cara melihat relief dari perspektif NPM, maka Jordan tidak secara spesik menyebut Tataka dan Rahu, karena peristiwa membunuh kedua raksasa tersebut terjadi pada waktu yang yang digunakan Hermanu adalah hasil karya Sutterheim 1925. Tafsiran Hermanu ini perlu diuji kebenarannya, karena kalau dibandingkan dengan Kala Marica yang terdapat pada relief yang lain Gambar 1 berbeda. Kedua pendapat tersebut dapat disandingkan dengan teks RJK seperti RJK diceritakan bahwa ketika masih muda, Rama diminta oleh Wismamitra untuk menjaga pertapaan. Diceritakan bahwa pertapaan Wismamitra selalu diganggu dan didatangi oleh Tataka. Seringkali Tataka me-rusak dan mengganggu pertapaan. Semula, Dasarata ayah Rama tidak membolehkan Rama membantu Wismamitra, karena Rama masih muda dan belum memiliki pe-ngalaman perang sama sekali. Sementara itu, Begawan Wismamitra yang terkenal kuat saja kewalahan menghadapi Tataka. Akan tetapi, Wismamitra mendesak Dasarata untuk meminta bantuan Rama. Begawan Wisma mitra berhasil meyakinkan Dasarata dan bertanggung jawab akan keselamatan Rama. Akhirnya Dasarata dengan berat hati memperbolehkan Rama mengikuti Wisma-mitra dan menjaga pertapaannya dari serangan musuh. Kedatangan Rama dan Laksmana di pertapaan Wismamitra disambut oleh para resi. Di pertapaan ini Rama dan Laksmana diajarkan memanah dan diberi senjata panah yang sakti. “Māsih ta saṅ rĕṣi maweh ta sirāstra diwyan. Saṅ Rama Lakṣmaṇa parĕṅ winarah maṅajya. Widyātidurjaya jayā wijayā jayānti. Yeki n paweh ri sira dibya amoghaçakti” RJK Sarga II 22-23 Resi Wismamitra sangat mengasihi mereka berdua. Beliau memberi mereka berdua senjata mulia. Rama dan Laksmana bersama-sama diajar untuk mempelajari ilmu yang sulit supaya dapat menang total. Inilah pemberian sang resi kepada beliau supaya tidak gagal.“Sāmpun tikāṅ aji kabeh tama denirāwās, māmĕṅṅ-amĕn sira rikāṅ wanadeça rāmya, nton rākṣasī tĕka mamatyana donya tan len, wadwāniraṅ prabhu Daçaṣya si Tāṭakākyā”. RJK Sarga II 23Sesudah ilmu itu semua masuk, mereka berdua bercengkerama ke hutan. Ia melihat raksasa perempuan datang yang akan 304Kawistara, Vol. 6, No. 3, 22 Desember 2016 300-308membunuh semaunya. Ia adalah rakyatnya Dasamuka, namanya Tataka.Setelah menguasai ilmu yang diberikan oleh Resi Wismamitra, Rama dan Laksmana berhasil membunuh Tataka.“Saṅ Rāma yatna inayatnira taṅ sudhanwa. Gaṇḍewa dibya tumihaṅ warayaṅ malanḍĕp, tĕṅgeknya yeṅarah-arahnira tan papiṅ-rwan, mūrcchān tibā maguliṅan ta si Tāṭṭakākya” RJK Sarga II 24Sang Rama berhati-hati, dipasangnya busurnya. Gandewa mulia diangkatnya, panah yang tajam dipasangnya. Yang dituju adalah lehernya. Si Tataka jatuh mati bergelimangan.Tataka ini sangat mengganggu dan merusak pertapaan. Tidak hanya Resi Wisma mitra yang takut, tetapi semua isi hutan, termasuk binatang buas pun takut ter hadap Tataka. Kematian Tataka membuat ling kungan petapaan menjadi aman. Rama dan Laksmana dihormati oleh para resi. Wisma mitra berkata “He Rāma Lakṣmaṇa anakku nihan rĕṅönta. Nārāyaṇānça kita Wiṣṇu awakta jāti, Sak weh-nikaṅ bhuwana ṅūni dhināraṇanta, Rākṣan ta yajṅā mami denta kamīky ayajña” RJK Sarga II 30Hei anakku Rama, Laksmana, dengarkanlah. Kamu adalah sebagian dari Sang Narayana, badanmu adalah kelahiran sang Wisnu. Segala dunia dahulu “ditanggung” olehmu. Kamu harus menjaga keselamatan kami. Kata-kata Wismamitra di atas mene-guhkan bahwa Rama memang titisan Wisnu ―dewa yang menjaga kehidupan. Rama dan Laksmana selalu menjaga pertapaan dari segala terlalu lama pertapaan terasa aman, ada pengganggu lagi yang datang. Suatu hari ketika para resi sedang ber sem-bahyang di udara bagai awan yang sedang meng gantung, datang makhluk yang sangat besar giginya seperti kilat. Makhluk itu ber-nama Rahu. Begitu melihat itu, Laksmana segera memasang panah dan panahnya bisa menghancurkan Rahu tersebut.“Tĕṇḍasnya ghoratara Rāhu paḍanya rodra, çabdanya bhiṣaṇa rikaṅ gaganān paṅohan, lāwann awaknya maṅawandha tibā gumĕntĕr, sakwehniraṅ tapa kabeh matakut tumon ya” RJK Sarga II 35Kepalanya menakutkan, bersamaan dengan Rahu. Suaranya menakuti, di udara mereka bergerombol dan badannya sebagai kabanda jatuh seperti geluduk, semua petapa takut melihatnya.Kematian Rahu membuat Marica marah. Ia datang dan akan merusak pertapaan, akan tetapi oleh Rama ia dipanah menggunakan panah angin sehingga Marica terlempar tidak bisa kembali.“Nā liṅnirār adĕgakĕn ta larasnirāgöṅ, Bāyawya yeka pamanahira bāyu mādrĕs, Mārica rakṣasa kapuk juga tan pasāra. Kontal katub ya tamatan papulih mulih ya” RJK Sarga II 43Begitu katanya, beliau mengangkat busurnya yang besar. Ia menggunakan panah Bayawya atau angin deras, Raksasa Marica bagaikan kapuk yang tak berdaya, terbuang tertiup angin dan tidak bisa kembali lagi.Semenjak peristiwa tersebut pertapaan menjadi aman, tidak ada gangguan lagi. Hubungan antara Wismamitra dan Rama semakin dekat. Oleh karena, hubungan yang dekat inilah, kelak Wiswamitra jugalah yang mendesak dan mengajak Rama untuk mengikuti sayembara mengangkat busur panah di Mantili. Dalam sayembara itu, Rama berhasil mengangkat busur panah dan memutuskannya, sehingga Rama mendapat-kan Sita. 305Hanggar Budi Prasetya - Rama sebagai Penjaga Kehidupan dalam Relief Ramayana PrambananMenjaga kedamaian hutan Dandaka dari gangguan Wirada Gambar 3Rama Melindungi Hutan Dari Serangan Wirada Sumber Foto Hanggar dan Wismanugraha, 2014Bahasa Rupa gambar 3 menunjukkan ketika Rama dan Laksmana berhasil mem-bunuh Wirada. Rama, Laksmana, dan Sita yang sedang berada di hutan Dandaka digam barkan dalam beberapa posisi. Demikian juga Wirada. Wirada digambarkan dalam dua posisi, yaitu saat berdiri dan ketika berjalan. Dalam relief terlihat bahwa tangan Wirada digunakan untuk berjalan seperti yang tertulis dalam RJK. Wirada adalah seorang raksasa yang sangat galak. Kegalakan Wirada dilukiskan dalam RJK Sarga IV. “Si wirādha ṅ arannya tan hanolī, I ruhur n – uṅgu sukunya sumoṅsaṅ, atirodra taṅanya paṅlakunya, atakut mrĕtyu tomon ya rorarūpa” RJK Sarga IV 5. Namanya Si Wirada, tidak ada yang melebihi galaknya. Di atas konon kakinya menyungsang, sangat galak, kalau berjalan menggunakan tangannya. Galaknya seperti Dewa maut.Ketika berada di hutan Dandaka, Rama, Sita, dan Laksmana akan dibunuh Wirada. Akan tetapi Rama dan Laksmana ber hasil membunuhnya dengan cara mengeroyok-nya. Suasana hutan yang semula sangat menakut kan menjadi aman. Perkelahian antara Rama dengan Wirada dilukiskan dalam RJK Sarga IV.“Umasö ya maṅaṅ tutuknya malwā, kadi raṇdö ta sukunya bhinna yāgöṅ, maluṅid kadi gañjiran kukunya. Ya ta paṅduknya ri saṅ narendraputra” RJK Sarga IV 7.Ia maju, mulutnya menganga lebar, bagai pohon randu kakinya berjabang, kukunya tajam seperti taji, ia akan menusukkan kepada Rama.“Umulat sira kārwa çighra maṅsö, sumikĕp karwa matuṅgalan sukunya, sinĕbit wadi denirār dudut ya, mati tātan pabiṣān siwakk awaknya” RJK Sarga IV 8.Melihat dia, keduanya lekas menyerang, masing-masing memeluk kakinya lalu menyobek sekuatnya sehingga badannya terbelah.Setelah kematian Wīrāda lingkungan hutan Dandaka menjadi aman. Tidak hanya aman bagi manusia, tetapi juga aman bagi seisi hutan seperti digambarkan dalam RJK Sarga IV berikut.“Ri pĕĕjahnikanaṅ Wiradha mūrka, Umamas saṅ nrĕpaputra nirbhayātah, tĕmu ṅ açrama dibya çobha rāmya, patapan saṅ Çarabhaṅga yoga sidhhi” RJK Sarga IV 9.Setelah Wiradha mati, kesana kemari sang rajaputra tidak takut. Terdapat asrama mulia, indah, permai; pertapaan sang Çarabangga yang telah matang yoganya.Rama Meruwat KehidupanAda dua buah relief yang menunjukkan bahwa Rama mampu meruwat kehidupan. Relief pertama adalah ketika Rama berhasil meruwat Dewa Surya dan relief yang kedua ketika Rama berhasil meruwat Sawari, seorang petapa perempuan. 306Kawistara, Vol. 6, No. 3, 22 Desember 2016 300-308Meruwat Dewa SuryaGambar 4Rama Meruwat Dewa Surya Dari kiri ke kanan Laksmana, Rama, Dirgabahu, dan Dewa Surya Sumber Foto Hanggar dan Wisma Nugraha, 2014Bahasa rupa relief gambar 4 menunjuk-kan bahwa ketika Rama dan Laksmana mencari Sita, Rama bertemu dengan seorang Raksasa bernama Dirgabahu. Dua penulis terdahulu, yaitu Jordan 2009 dan Hermanu 2012 menafsirkan tokoh yang dibunuh Rama tersebut adalah Kabanda. Tidak tahu persis sumber yang digunakan kedua penulis tersebut, sehingga mereka menamai tokoh tersebut sebagai Kabanda. Dalam RJK tidak ditemukan tokoh dengan nama ini, yang ada adalah Dirgabahu, dan yang tidak lain adalah dewa Surya yang terkena kutukan dewa. Tentang tokoh ini ditulis dalam RJK Sarga VI berikut.“Hana rāksasa kāçcarya, bahūnya madawa tĕmĕn. Malapā maharĕp māṅsā, ya pinaṅguhnireṅ alas” RJK Sarga VI 75.Ada raksasa hebat, lengannya sangat panjang. Ia lapar dan hendak memakan semua yang dijumpai di hutan“Mushniṅ satwa yeṅ daṅū, Dirghabāhu ṅ arannika. Ya ta maṅsö sira krūra, r-unus taṅ kadga tikṣna ya” RJK Sarga VI 76 .sudah lama tidak makan binatang, namanya Dirgabahu. Ia menyerang Rama, marah, menghunuis kerisnya yang tajam“Sāṅsönya rodra yāgalak, pinraṅnira taṅanya ya. Sāmpun pĕgat pwa bāhunya, tibā ta ye rikaṅ lĕmah” RJK Sarga VI 76.Tat kala menyerang ia sangat galak; dipenggallah tangannya oleh Rama; setelah terpisah lengannya; jatuhlah ia di tanah.“Maluy ta ya ri jātinya, dewatārūpa yan katon. Lumrā tejanikāwaknya, kadisan hyan Diwākara” RJK Sarga VI 77.Kembalilah ia kepada kelahirannya, terlihat berwujud dewa. Sinar badannya memancar ke mana-mana, sebagai sang Dewa MatahariDewa Matahari Dewa Surya berubah menjadi Dirgabahu, karena ia berbuat tidak sopan, sehingga kena kutuk Siwa Muni seperti ditulis dalam RJK berikut.“Ṅhulun anak bhaṭāri Çrī, ndan durācāra ta ṅhulun. Sĕḍĕṅkw acaṅkrameṅ swarga, aṅlaṅkahi Mahāmuni RJK Sarga VI 83 Kami ini anak dewi Sri. Pada suatu ketika kami bertindak kurang sopan. Ketika kami sedang berjalan-jalan di surga, kami melangkahi sang Muni besar.Saṅke gĕlĕnnireṅ hulun, manāpa dadya rākṣasa. Kitātah antaçāpaṅkwa, apan putraku denta weh. RJK Sarga VI 84Karena marahnya kepada kami, beliau mengutuk kami menjadi raksasa. Kamulah yang membebaskan kami dari kutukan karena kami ini konon anakmu.Berdasar kutipan di atas, dapat dipahami bahwa Rama adalah titisan Dewa Wisnu. Seperti diketahui bahwa Wisnu adalah ayah Surya. Rama berhasil memanah Dirgabahu, sehingga ia kembali menjadi Dewa Surya. Rama berhasil meruwatnya. Dewa Surya inilah yang memberi petunjuk Rama agar kelak mencari Sugriwa dan membantu Sugriwa mengalahkan Subali yang sedang bertengkar karena memperebutkan Dewi Tara. Setelah memberi petunjuk Rama, Dewa Surya kembali ke kayangan. 307Hanggar Budi Prasetya - Rama sebagai Penjaga Kehidupan dalam Relief Ramayana PrambananMeruwat SawariGambar 5Rama meruwat Sawari Sumber Foto Hanggar dan Wisma Nugraha, 2014Bahasa rupa gambar 5 menunjukkan bahwa Rama berhasil meruwat Sawari. Peristiwa ini terjadi ketika Rama dan Laksmana akan mencari Sita. Sawari adalah seorang petapa perempuan berkulit hitam legam. Ia sedang menjalani kutukan, karena ia memakan bangkai rusa jelmaan Dewa Wisnu yang kena kutuk Dewa Rudra. Diceritakan bawa pada saat Dewa Wisnu terkena kutuk menjadi rusa, rusa ini memakan tasbih Sawari hingga mati. Bangkainya ini dimakan oleh Sawari, sehingga Sawari terkena kutukan dengan kulitnya menjadi hitam RJK Sarga VI 107 – 109. “Kena capa de hyan Rudra, ri kalanin Lingod-bhawa. Madatemahan waraha, makastri dewi Patala” RJK Sarga VI 107.Kena kutuk oleh sang dewa Rudra, tatkala menjadi Lingga, Sang Wisnu mabok, menjadi babi rusa lalu beristri dewi Pertiwi.“Mijil pwa sira hyan Wisnu, makarupa ta waraha. Umegil i rikan gunun, amanan haraka mami” RJK Sarga VI 108.Keluarlah sang hyang Wisnu berupa babi rusa melindung ke bukit lalu makan tasbih kami dari mutiara.“Telasnya mankanomati, cawanya tinadhah mami. Ya tikandadyaken duhka, awak mami nilawarnaa” RJK Sarga VI 109.Setelah begitu matilah babi rusa itu, bangkainya kami makan. Itulah yang menjadikan duka. Badan kami menjadi berwarna nila.Saat bertemu Rama, Sawari meminta Rama untuk mengusap wajahnya. Setelah diusap wajahnya oleh Rama, kulitnya kembali seperti semula. Sawari kembali menjadi petapa cantik seperti sedia kala RJK Sarga VI 110-112.“Taryasih he kita ṅ Rāma, t-usapi mukaniṅ hulun. Pūrnā kitāntaçapāṅkwa, tāryakĕn kleçaniṅ hulun” RJK Sarga VI 110 Belaslah he kamu sang Rama, usaplah muka kami, supaya sembuh. Kamu yang menghabisi kutuk yang jatuh kepada kami, hilanglah penyakit kami.“Nāā liṅ saṅ Çawarī bratī, inusap deniraṅ Rama. Paripūrna siraṅ yogī, gumanti maṅanugrahe” RJK Sarga VI 111 Begitu kata Sang Sawari brati, diusaplah oleh Rama, sang yogi sembuh sama sekali lalu ia member anugraha“He saṅ Rāma mahādibya, Wiṣṇu sakala yat katon. Wĕnaṅ umalapi kleça, mataṅnya melĕsa ṅhulun” RJK Sarga VI 112He Sang Rama yang sangat mulia, kami melihat sang Wisnu berwujud manusia, dapat menghilangkan penyakit. Karena itu kami kendak membalasnyaUngkapan Sawari tersebut menegaskan bahwa Rama adalah Wisnu. Oleh karena itu, yang mengutuk adalah Wisnu, maka yang membebaskan kutukan juga Wisnu. Selain itu, hal ini juga menegaskan bahwa Rama adalah Wisnu sejati karena dapat menghilangkan penyakit. 308Kawistara, Vol. 6, No. 3, 22 Desember 2016 300-308SIMPULANDalam relief Ramayana, terdapat empat peristiwa yang menegaskan bahwa Rama adalah titisan Wisnu sebagai penjaga kehi-dupan. Apa yang dijaga dan dilindungi juga bervariasi, baik manusia maupun dewa. Hal ini menegaskan bahwa Rama sebagai titisan Wisnu memang berkuasa baik dunia manusia maupun dunia dewa. Tokoh–tokoh Tataka, Dirgabahu, Sawari, dan Katakali yang tergambar dalam relief Ramayana ataupun yang tertulis dalam RJK selama ini tidak pernah disinggung dalam pertunjukan wayang. Tokoh ini dapat men-jadi alternatif untuk mengembangkan lakon wayang Ramayana. Apa bila tokoh-tokoh ini dimunculkan dalam pertunjukan wayang, tentu akan mampu menambah tokoh-tokoh wayang yang dapat diolah, sehingga konik pertunjukan dapat terolah dan semakin kompleks sehingga repertoar pertunjukan Ramayana dapat lebih TERIMA KASIHTerima kasih disampaikan kepada DP2M Dikti Direktur Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat – Direktorat Jenderal Pen didik an Tinggi yang telah memberi dana penelitian fundamental selama dua tahun untuk melakukan penelitian ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada pimpinan taman wisata Prambanan dan Dinas Purbakala yang telah mengizinkan kami melakukan penelitian dan pemotretan seluruh relief di Candi Prambanan. Terima kasih juga disampaikan kepada mitra bebestari yang telah memeriksa dan memberi masukan untuk penyempurnaan artikel PUSTAKAJordaan, Roy Ed.. 2009. Memuji Prambanan. Bunga Rampai Para Cendekiawan Belanda Tentang Kompleks Percandian Loro Jonggrang. Jakarta KITLV dan Yayasan Obor IndonesiaHaryono, Timbul. 2012. “Ramayana di Indonesia Sebuah Perspektif Arkeo-logi dan Sejarah” dalam Hermanu ed. Relief Ramayana Prambanan, 1926-2012. Yogyakarta Bentara 2012. Relief Ramayana Candi Prambanan, 1926-2012. Yogyakarta Bentara Budaya Hanggar Budi dan Wisma Nugraha. 2014. “Membaca Kembali Relief Ramayana Prambanan.” Laporan Penelitian. Jakarta DP2M Dikti - Lembaga Penelitian ISI YogyakartaPoerbotjaraka. 2010. Ramayana Djawa Kuna Teks dan Terjemahan. Jakarta Perpustakaan Primadi. 2005. Bahasa Rupa. Bandung KelirTaswandi. 2000. “Perbandingan Bahasa Rupa Relief Ramayana Candi Siwa dan Brahma dalam Kompleks Candi Lara Jonggrang di Prambanan dan Candi Induk dalam Kompleks Candi Panataran.” Tesis. Bandung Fakultas Seni Rupa dan Disain – ITB. ... Anoman atau Hanoman adalah salah satu karakter Wayang kulit dalam cerita Ramayana memiliki peranan penting. Dalam cerita Ramayana yang ada dalam relief candi Prambanan yaitu Anoman Duta dan Anoman Obong Prasetya & Christianta, 2016. Dalam dua cerita tersebut terdapat beberapa karakter yang berperan di dalamnya yang antara lain Anoman, Sugriwa, Subali, Rama, Laksmana, Shinta dan Rahwana, Anoman Duta berisi tentang kisah Anoman yang ditugaskan pangeran Rama pergi seorang diri menuju Alengka untuk menemukan tempat dimana dewi Shinta diculik, kerajaan Alengka sendiri terletak di tengah lautan sehingga Anoman perlu membuat jembatan dari batu yang mengapung untuk sampai ke sana, sedangkan Anoman Obong adalah cerita setelah pertemuannya dengan Dewi Shinta, Anoman sengaja memporak porandakan seisi Alengka agar menjadi tawanan hidup dan menyampaikan pesan ancaman perang kepada Rahwana karena penculikan dewi Shinta, cerita menuju akhir ketika Anoman dibakar hidup hidup, dengan kekuatannya api tersebut malah membakar kerajaan Alengka, sehingga Anoman dapat kabur dan menyampaikan pesan kepada Pangeran Rama untuk berperang melawan Rahwana. ...Wayang kulit is a traditional Indonesian art that was listed in UNESCO on November 7, 2003 as an asset of world cultural heritage. In this modern era, art is less able to compete with global culture because the interest of the younger generation is very minimal. The decline in interest is not without reason, it is because there is not much modern media for Wayang kulit to penetrate teenagers now. Lack of young cadres for the preservation of Wayang kulit can allow the culture to fade and disappear if not preserved. The gaming market in Indonesia has become one of the world's largest markets, this can be used for penetration of native Indonesian culture, one of which is Wayang kulit through modern media. In the story of Anoman Obong's Wayang kulit there are important characters, there’s Anoman, Sugriwa, Subali, Rama, Shinta, Laksmana, and Rahwana, some of these characters are not yet recognizable by many people, therefore in the stage of making 3D Game Character Design Anoman Obong's story is a literature study using the ADDIE method that contains data collection, and production procedures for making 7 characters 3D story Anoman Obong’s Wayang kulit. The creation of 3D Character Wayang kulit Anoman is expected to be the first step of the younger generation to like and help preserve the culture of Wayang kulit as technology develops. Keywords Wayang kulit; 3D character; Anoman; game Abstrak Wayang kulit merupakan salah satu kesenian tradisional khas Indonesia yang terdaftar di UNESCO pada 7 November 2003 sebagai aset warisan budaya dunia. Di era modern ini kesenian tersebut kurang mampu bersaing dengan kebudayaan global karena minat generasi muda sangat minim, turunnya minat tersebut bukan tanpa alasan, itu karena belum banyaknya media modern untuk Wayang kulit dipenetrasikan lebih lagi kepada remaja sekarang, kurangnya kader generasi muda untuk pelestarian Wayang kulit dapat memungkinkan budaya tersebut luntur dan hilang jika tidak dilestarikan, pasar game di Indonesia menjadi salah satu pasar terbesar di dunia hal ini dapat dimanfaatkan untuk penetrasi kebudayaan asli Indonesia salah satunya Wayang kulit lewat media modern. Dalam cerita wayang kulit Anoman Obong terdapat karakter – karakter penting, mulai dari Anoman, Sugriwa, Subali, Rama, Shinta, Laksmana, dan Rahwana, beberapa karakter tersebut belum dapat dikenali oleh banyak orang, oleh karena itu dalam tahapan pembuatan Desain Karakter Game 3D cerita Anoman Obong ini adalah kajian kepustakaan dengan menggunakan metode ADDIE yang berisi pengumpulan data - data, dan tata cara produksi pembuatan 7 karakter 3D cerita Wayang kulit Anoman Obong. Tujuan pembuatan Karakter 3D Wayang kulit Anoman ini diharapkan dapat menjadi langkah awal generasi muda untuk menyukai dan ikut melestarikan kebudayaan Wayang kulit seiring berkembangnya teknologi. Kata kunci Wayang kulit; karakter 3d; Anoman; gameRelief Sri Tanjung terpampang pada dinding luar pendapa teras ke-dua Candi Panataran, Blitar, Jawa Timur. Masyarakat meyakini, narasi relief tersebut mengangkat cerita legenda Banyuwangi zaman Jawa Pertengahan. Di dalam relief terlihat adanya figur-figur dalam lakon cerita Sri Tanjung berikut penanda pepohonan, hewan, atau bentuk alam lain dalam gaya dekoratif. Beberapa penelitian telah berusaha menafsir relief dari sisi yang lain. Tetapi Rupabheda hadir sebagai teori estetika yang menjadi dasar penafsiran yang baru. Analisis Rupabheda berhasil menelaah pergeseran makna dari beragam tanda yang terdapat pada arca Hindu. Penelitian ini menemukan adanya kebaruan makna dalam identifikasi tokoh-tokoh di dalam relief. Visualisasi relief cerita Sri Tanjung telah menyamarkan ikon budaya Jawa Pertengahan dalam relief arca Hindu. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa relief Sri Tanjung telah memasukkan narasi cerita lokal yang berbeda dengan epik Mahabarata – Ramayana dalam situs bangunan Hindu. Alfian RokhmansyahBayu Aji NugrohoPenelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan model transformasi babak Sinta Obong yang terdapat dalam epos Ramayana menjadi hipogram puisi-puisi Indonesia. Konsep intertekstual dan hipogram digunakan sebagai landasan penelitian ini. Untuk mencapai tujuan penelitian, digunakan metode pembacaan retroaktif untuk mendapatkan konsep transformasi babak Sinta Obong yang muncul pada teks-teks puisi. Adapun puisi yang dijadikan objek adalah Api Sita karya Arif Bagus Prasetyo, Sita Sihir karya Sapardi Djoko Damono, Elegi Sinta karya Dorothea Rosa Herliany, dan Asmaradana karya Subagio Sastrowardoyo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model transformasi babak Sinta Obong yang dilakukan oleh pengarang pada puisi-puisi yang diciptakannya meliputi transformasi tanpa perubahan dan transformasi dengan perubahan. Transformasi tanpa perubahan dilakukan pengarang dengan mengambil cerita teks hipogram secara utuh sebagai dasar penciptaan teks transformasi. Sedangkan transformasi dengan perubahan, dilakukan oleh pengarang dengan mengubah konsep dan motif cerita dari teks hipogram sebagai dasar penciptaan teks transformasi, khususnya dengan teknik Prambanan Bunga Rampai Para Cendekiawan Belanda Tentang Kompleks Percandian Loro Jonggrang Jakarta KITLV dan Yayasan Obor Indonesia Haryono, Timbul. 2012 Ramayana di Indonesia Sebuah Perspektif Arkeologi dan Sejarah Relief Ramayana PrambananRoy JordaanJordaan, Roy Ed.. 2009. Memuji Prambanan. Bunga Rampai Para Cendekiawan Belanda Tentang Kompleks Percandian Loro Jonggrang. Jakarta KITLV dan Yayasan Obor Indonesia Haryono, Timbul. 2012. " Ramayana di Indonesia Sebuah Perspektif Arkeologi dan Sejarah " dalam Hermanu ed. Relief Ramayana Prambanan, 19262012. Yogyakarta Bentara Ramayana Candi PrambananHermanuHermanu. 2012. Relief Ramayana Candi Prambanan, 1926-2012. Yogyakarta Bentara Budaya Kembali Relief Ramayana PrambananHanggar PrasetyaBudi Dan Wisma NugrahaPrasetya, Hanggar Budi dan Wisma Nugraha. 2014. "Membaca Kembali Relief Ramayana Prambanan." Laporan Penelitian. Jakarta DP2M Dikti -Lembaga Penelitian ISI Yogyakarta Poerbotjaraka. 2010. Ramayana Djawa Kuna Teks dan Terjemahan. Jakarta Perpustakaan Rupa Bandung Kelir TaswandiPrimadi TabraniTabrani, Primadi. 2005. Bahasa Rupa. Bandung Kelir Taswandi. 2000. " Perbandingan Bahasa Rupa Relief Ramayana Candi Siwa dan Brahma dalam Kompleks Candi Lara Jonggrang di Prambanan dan Candi Induk dalam Kompleks Candi Panataran. " Tesis. Bandung Fakultas Seni Rupa dan Disain – Djawa Kuna Teks dan TerjemahanPoerbotjarakaPoerbotjaraka. 2010. Ramayana Djawa Kuna Teks dan Terjemahan. Jakarta Perpustakaan Bahasa Rupa Relief Ramayana Candi Siwa dan Brahma dalam Kompleks Candi Lara Jonggrang di Prambanan dan Candi Induk dalam Kompleks Candi PanataranPrimadi TabraniTabrani, Primadi. 2005. Bahasa Rupa. Bandung Kelir Taswandi. 2000. "Perbandingan Bahasa Rupa Relief Ramayana Candi Siwa dan Brahma dalam Kompleks Candi Lara Jonggrang di Prambanan dan Candi Induk dalam Kompleks Candi Panataran." Tesis. Bandung Fakultas Seni Rupa dan Disain di Indonesia Sebuah Perspektif Arkeologi dan Sejarah" dalam Hermanu edTimbul HaryonoHaryono, Timbul. 2012. "Ramayana di Indonesia Sebuah Perspektif Arkeologi dan Sejarah" dalam Hermanu ed. Relief Ramayana Prambanan, 1926-2012. Yogyakarta Bentara Budaya.
Saranayang digunakan dalam pementasan ramayana di prambanan disebut a. Prosenium b. panggung biasa c. Theatron d. ampiteater e. Tetes dan sayap. Jawab: d. ampiteater. Berikut ini yang bukan termasuk dalam pengertian drama adalah . a. bisa dipentaskan b. ditonton oleh publik c. bersifat eksposisi d. bentuk dialog e. ada pelanggar
Tiket Masuk Sendratari Ramayana Ballet at PrambananIndonesia adalah pusatnya pariwisata. Mulai dari destinasi wisata alam, buatan, hingga yang berbau kesenian dan budaya pun tersebar merata di tanah air tercinta ini. Nggak perlu bingung memilih yang mana, kamu bisa coba kunjungi satu persatu, termasuk Sendratari Ramayana Ballet at Prambanan yang menyuguhkan pementasan dari gabungan seni teater dan tari. Penasaran?Sendratari Ramayana Ballet at PrambananSendratari Ramayana Ballet at Prambanan adalah pertunjukan seni yang menggabungkan seni teater dan tari tanpa dialog. Cerita yang diangkat diambil dari epos Ramayana, mengisahkan Rama Wijaya yang menginginkan istrinya, Dewi Shinta, yang diculik oleh Rahwana Raja Alengka untuk kembali. Perjuangan ini tentu ditampilkan dalam beberapa babak yang penuh dengan adegan akhirnya, perjuangan Rama Wijaya pun berhasil, ditandai dengan kematian Rahwana yang tertusuk panah Rama Wijaya. Dewi Shinta kemudian membuktikan kesucian dirinya dengan cara membakar diri. Ia terbukti bisa menyelamatkan diri dari kobaran api tersebut dan bersatu kembali bersama Rama Wijaya. Nah, seru, kan, kisah perjalanan Rama Wijaya beserta istrinya ini?Harga Tiket Sendratari Ramayana Ballet at PrambananUntuk menyaksikan Sendratari Ramayana Ballet at Prambanan Sleman, kamu perlu membayar tiket yang harganya berbeda dari tiket masuk Candi Prambanan. Ada beberapa jenis pilihan tiket yang bisa kamu pilih, mulai dari sampai Berikut detail harga tiket Sendratari Ramayana Ballet at Prambanan Sleman[Indoor Theater] Tiket Kelas 2 Air Theater] Tiket Kelas 2 Theater] Tiket Kelas 1 Air Theater] Tiket Kelas 1 Theater] Tiket Kelas Khusus Air Theater] Tiket Kelas Khusus Air Theater] Tiket Kelas VIP dapat berubah sewaktu-waktu, cek katalog paket halaman ini untuk harga lebih di Sendratari Ramayana Ballet at PrambananNggak hanya menyediakan panggung terbuka outdoor dan panggung dalam ruangan indoor saja, Sendratari Ramayana Ballet at Prambanan juga memberikan fasilitas pendukung yang semakin menambah kenyamanan pengunjung. Kamu pun bisa menonton sambil menyantap camilan yang dibeli dari restoran setempat, lho. Berikut fasilitas lengkap dari Sendratari RamayanaToilet;Restoran;Rest Sendratari Ramayana BalletBagi kamu yang sudah penasaran banget ingin menyaksikan pertunjukan seni Sendratari Ramayana Ballet at Prambanan, pastikan bahwa kamu mengetahui lokasi pertunjukannya yang berbeda dengan Candi Prambanan. Kamu bisa datang ke Jalan Jogja-Solo Km. 16, ya, sobat tiket. Biar lebih mudah, gunakan aplikasi Google Maps untuk menunjukkan arah Menuju ke Sendratari Ramayana BalletAgar perjalananmu nyaman dan fleksibel, menggunakan kendaraan pribadi lebih disarankan di sini. Dari Yogyakarta, kamu bisa menuju arah Candi Prambanan dan belok ke Utara setelah hampir menemui jalan menuju candi. Maju terus hingga 100 meter hingga tiba di lokasi. Kompleks teater ini satu lokasi dengan Garden Restoran yang ada di sisi kanan kamu ingin menggunakan transportasi umum, bisa menggunakan bus TransJogja dengan nomor 1A atau 1B. Kamu bisa menaikinya dari arah Malioboro. Lama perjalanan kurang lebih adalah satu jam, bergantung kondisi lalu lintas pada saat itu. Nantinya, kamu bisa turun di depan Candi Prambanan, ya, sobat Operasional Sendratari Ramayana Ballet at PrambananNah, ternyata, Sendratari Ramayana Ballet at Prambanan nggak berlangsung setiap hari, sobat tiket. Pertunjukan ini berlangsung tiga kali seminggu, yakni Selasa, Kamis, dan Sabtu dengan durasi pertunjukan kurang lebih dua jam pada pukul sampai WIB. Kamu juga harus tahu kalau ada kebijakan khusus terkait pementasan 30 menit sebelum pementasan terjadi hujan deras, pertunjukan akan dialihkan ke Gedung Trimurti panggung indoor;Jika pertunjukan berlangsung kurang dari 30 menit dan terjadi hujan, pementasan akan dihentikan selama 30 menit. Apabila masih hujan, pertunjukan dilanjutkan di Gedung Trimurti;Jika pertunjukan telah berlangsung selama 45 menit dan terjadi hujan, pementasan akan dianggap selesai dan penonton tidak bisa me-refund Saksikan Sendratari Ramayana Ballet at Prambanan!Menonton pementasan Sendratari Ramayana Ballet at Prambanan adalah pengalaman wisata yang asyik dan nggak terlupakan karena mengandung nilai-nilai budaya dan kesenian. Nah, untuk mendapatkan tiketnya, kamu bisa beli secara online di
Saranayang digunakan dalam pementasan Ramayana di Prambanan disebut. Candi Prambanan atau Candi Roro Jonggrang bahasa Jawa. Umnya disebut ramayana ballet. Biasanya pada musim hujan akan Sendratari Ramayana Prambanan dilaksanakan secara indoor di Gedung. Sarana yang digunakan dalam pementasan Ramayana di Prambanan disebut.
Soal dan Pembahasan Seni Budaya Kelas XI Semester 2 – Secara umum materi ekspresi seni teater nontradisional nusantara dapat dipelajari pada pelajaran seni budaya pada tingkatan SMA. Pada materi seni budaya terdapat materi mengenai ekspresi seni teater nontradisional nusantara yang soalnya akan dibagikan pada tulisan ini beserta yang digunakan dalam pementasan Ramayana di Prambanan disebut …A. ProseniumB. Panggung biasaC. TheatronD. AmphiteaterE. Drop and wingPembahasanPada pementasan Ramayana di Prambanan menggunakan sarana yang disebut amfiteater atau amphiteater. Amphiteater merupakan sebuah gelanggang terbuka yang digunakan untuk menampilkan pertunjukan seni dan jawaban yang benar adalah D AmphiteaterSekian Soal dan Pembahasan Seni Budaya Kelas XI Semester 2 sarana yang digunakan dalam pementasan ramayana di prambanan disebut. Semoga sarana yang digunakan dalam pementasan ramayana di prambanan disebut Soal dan Pembahasan Seni Budaya Kelas XI Semester 2 tadi dapat membantu teman-teman dalam juga Drama teater yang lebih menonjolkan dialog adalah dramaAmbiz Education Searchsarana yang digunakan dalam pementasan ramayana di prambanan disebut
BUdFNkX.